Mitos dan Fakta Jerawat – Jerawat menjadi masalah kulit umum, sehingga banyak sekali mitos beredar yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Agar tidak salah kaprah, berikut ini mitos dan fakta jerawat yang perlu kamu ketahui:
Mitos 1: Cokelat Menjadi Penyebab Jerawat
Faktanya, dari jurnal berjudul Long-term ingestion of high flavanol cocoa provides photoprotection against UV-induced erythema and improves skin condition in women, flavonoid dalam dark cokelat dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari, meningkatkan aliran darah ke kulit, dan meningkatkan kepadatan serta hidrasi kulit.
Mitos 2: Tidak Boleh Memakai Makeup saat Berjerawat
Faktanya, tidak ada larangan menggunakan make up saat berjerawat. Namun, disarankan untuk menggunakan produk kecantikan dengan label noncomedogenic. Produk kecantikan dengan label ini aman digunakan bagi pemilik kulit sensitif atau berjerawat. Jangan lupa hapus make up sebelum tidur, ya!
Mitos 3: Sering Cuci Muka itu Baik
Mencuci muka setelah beraktivitas dan memakai make up itu baik. Namun, jika terlalu sering bisa membuat kulit kehilangan kelembabanya. Pasalnya, sabun cuci muka kebanyakan mengandung bahan kimia yang justru bisa merusak kulit. Jadi, sebaiknya pilih produk perawatan kulit dengan kandungan sedikit bahan kimia.
Mitos 4: Stres Menjadi Penyebab Jerawat
Menurut jurnal The association between stress and acne among female medical students in Jeddah, Saudi Arabia, peningkatan stres berkorelasi dengan peningkatan keparahan jerawat. Agar hal tersebut tidak terjadi, sebaiknya kelola stres dengan baik. Caranya dengan melakukan hal-hal yang disukai.
Mitos 5: Jerawat Tidak Menyerang Orang Dewasa
Faktanya, orang dewasa masih mengalami jerawat di usia 30-an, 40-an, bahkan 50-an. Jerawat mungkin terlihat berbeda dibandingkan saat berusia 16 tahun. Jerawat pada orang dewasa mungkin tampak seperti bintil kemerahan di sekitar mulut atau rahang.
Baca Juga : Kebiasaan Buruk Penyebab Jerawat
Tingkat keparahan jerawat bagi masing-masing orang itu berbeda. Penanganannya pun tidak bisa disamakan karena penyebabnya bisa jadi tidak sama. Untuk menurunkan risiko tersebut, sebaiknya ubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meminimalkan konsumsi makanan berlemak dan berminyak.